Tahun Baru: Kenanglah Kematian Kami!

ALL OF THESE PICTURE ARE TAKEN WITH SONY DSC-W220 CYBERSHOT DIGICAM MODE FIREWORK SHOTS AND EDITING BY PHOTOSCAPE

Bau gosong, hentaman di langit malam, tawa-canda, kilauan merah, hijau dan biru. Tetapi mereka, menggembira dan dikebiri diatasnya. Tahun baru.

“Lihat kembang api.”

“Bukan, hanya percikan api.”

“Lalu, dimana bedanya?”

“Hanya percikan api, yang tak bisa menyumpal mulut anak-anakmu.”

Lelakinya diam. Benar-benar tersumpal oleh kata-kata istrinya saat Ia menunjuk ke arah anak-anak mereka. Tersungkur, sekarat di bawah jembatan kota. Sedangkan istrinya, memasak batu, melunakkannya agar muat di mulut-mulut anak mereka.

“Lihat, mereka hampir mati.”

“Dan apa daya kita, mengumpulkan debu kembang api lalu disodorkan ke mereka?”

“Bukan, cepat mengemislah ke Istana Negara,”

Suaminya bergeming dan berbalik sikap. Ia tetap menikmati kembang api yang meledak-ledak di angkasa.

“Memang tahun baru, memang ini tahun baru!”

“Ya, tapi hanya tahun yang baru. Kita tetap sama, mati di awal 2012 karena makan batu.”

“Tutup mulutmu dan nikmatilah sisa hidup kita!”

Istrinya berhenti memasak dan mulutnya menganga. Anak-anak mereka sudah mati membusuk di belakang, di punggung sampah. Mereka menanti kematian, berpelukan di tengah gempita. Menangis diantara derita, ditertawakan dibawah bahagia. Ironis, kehidupan pemulung sampah.