Noktah Hitam Putih

UNTITLED
Taken with SONY DSC W220 CyberShot Digital Camera | Editing by Pixlr-o-matic

Aku menduga dalam rajutan yang kutelusuri dengan jemari, menangkap siluet lemah di tepian pagi. Ia berdiri menangkap pelangi, warna ungu. Ya, ia ungu yang mendekap diri, di bibir laut. Dengan kerudung putih yang menjilat-jilat ujungnya, cintanya menenangi.

Sudah terlampau malam, mungkin pagi. Ia bersikukuh melagu lagi. Dengan cipta dan pola-pola pelangi. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan tanpa ungu. Ia kerdil, terbelakang. Ia marginal, sendiri.

Aku tahu, ini beresiko. Ungu, aku memilih gadis ungu di ujung bumi. Mungkin diambang penyesalan. Tetap tegar di orbit-orbit pelangi, tetapi aku tak memilih merah, jingga ataupun kuning. Aku juga menolak hijau, biru dan nila. Aku memilih yang terlemah, cahaya gelap di ujung pelangi. Mungkin tak bisa terlihat jelas. Tapi ia selalu ada di ujung noktah putih. Hanya titik hitam dan noktah putih.

Aku cinta penulis itu, koleris keras kepala dengan satu tujuan hidup. Aku rindu gadis sastra itu, dengan cinta abstraknya, dengan diksi-diksi liarnya. Dengan kunang-kunang, hujan dan senja. Ia menguatkan diri. Aku suka gadis ungu di tepian pagi, redup menyinari tapi tak pernah berhenti dalam hari. #WBS