Foto adalah media kenangan yang abadi, tidak seperti memori yang akan hilang dimakan umur. Foto juga menjadi suatu ajang untuk mengekspresikan diri, dengan foto orang bisa mengetahui emosi pemotret. Saya sendiri bukanlah seorang fotografer, saya hanya orang iseng yang ingin sedikit belajar dan menjamah fotografi. Kata orang fotografi adalah mainan orang kaya, ya saya bukan orang kaya. Tapi maaf kalau asumsi saya diatas banyak memunculkan pro dan kontra. Saya beropini seperti diatas karena saya melihat dari kenyataan yang ada, seseorang yang hobi dan mahir dalam fotografi pasti berlatar-belakang keluarga kaya, bagaimana tidak, fotografi adalah hobi yang membutuhkan banyak modal. Kamera, lensa, dan atribut lain. Kalau boleh ditaksir semuanya kurang lebih 10 juta keatas. Wah, sepuluh juta? Uang darimana men!!
Tapi topik postingan kali ini bukan pro dan kontra fotografi. Hanya saya ingin membagi hasil jepretan saya, jepretan seorang amatir yang hanya ingin mengekspresikan dirinya lewat foto. Dan saya harus berterima kasih kepada Internet karena sudah sangat membantu saya dalam menyebar-luaskan hasil kinerja saya di dalam bidang fotografi.
Saya kemarin sempat mengabadikan barang-barang yang hampir luput untuk disentuh di rumah saya. Barang yang bisa dianggap 'bekas' dan jarang dipakai. Tapi dengan kamera benda itu bisa bernilai, mungkin? Entahlah. Inilah hasil jepretan saya yang saya ambil dengan kamera digital SONY DSC-W220 CyberShot:
 |
Feather |
Yang pertama, berjudul Feather, sebuah kemoceng yang tergantung di pojokan ruang keluarga, foto saya ambil dengan background foto-foto keluarga. Saya ingin menyampaikan pesan lewat foto ini bahwa, keluarga adalah tempat terhangat untuk kita saling berbagi, bak bulu seorang induk ayam adalah tempat terhangat untuk anak-anaknya saat menjadi telur.
 |
Blue Sky |
Yang kedua bertajuk, Blue Sky. Di dalam foto ini saya ingin menyampaikan betapa sesak-nya suasana kota dan kampung saya di Surabaya ini, semakin banyak saja gedung-gedung yang meninggi, semakin pudar pula warna biru diatas langit Surabaya-ku, semakin memudar dan kemudian menjadi abu-abu penuh polusi. Semoga langitku akan selalu membahana biru.
 |
Teddy Bear |
Yang ketiga, Teddy Bear. Foto ini saya ambil dengan objek boneka Teddy milik adik saya, boneka ini sangat berarti bagi adik saya dan boneka ini didapat langsung dari Jepang. Saya ingin menggambarkan Teddy yang sedang menunduk dan 'kesepian' karena boneka ini sudah jarang sekali disentuh oleh adik saya. Saya sengaja menjadikan backgroundnya foto-foto dan jendela. Saya ingin menggambarkan kilasan kenangan yang dulu adik saya dan boneka ini lakukan. Mulai dari bangun sampai tidur kembali.
 |
Ribbon |
Yang keempat, saya beri judul Ribbon. Objeknya adalah pita hijau dengan motif kotak-kotak kuning dan hitam. Di dalam foto ini saya ingin menggambarkan tentang kehidupan, kehidupan yang selalu kotak-kotak tanpa kita tahu melangkah ke depan, kanan, kiri atau malah kembali ke belakang. Saya ingin mennyampaikan bahwa hidup ini penuh dengan pilihan.
 |
Fur |
Yang kelima, sebuah foto Xtreme Makro bertajuk Fur. Disini saya juga ingin memberikan pesan tentang kelembutan, kelembutan yang kadang tidak pernah kita hiraukan, dari sebuah boneka yang selalu menemani malam kita dan memberikan teman disaat kita merasa sendiri. Walaupun dia hanya benda mati, tapi ia tetap 'hidup' dalam hari dan hati kita.
 |
Innocent |
Yang keenam, berjudul Innocent. Saya ingin menggambarkan wajah boneka yang selalu tetap sama walaupun ia diinjak-injak, dibuang, berdebu dan dilupakan. Ia akan tetap tersenyum dan tanpa dosa. Saya ingin menyematkan pesan tentang kesetiaan disini.
 |
Pink |
Yang ketujuh, Pink. Kenapa pink, karena objeknya full-of-pink. Saya ingin menggambarkan tentang rumitnya jahitan pita jika kita lihat lebih fokus. Ya, seperti kehidupan yang tak semudah membalikkan telapak tangan, karena hidup itu butuh perjuangan dan harus rela untuk berkorban demi keberhasilan.
 |
Waiting for You |
Yang kedelapan, sebuah foto berjudul Waiting for You. Dari judul pembaca bisa sedikit menebak tentang pesan yang ingin saya sampaikan. Ya, saya ingin menyampaikan harapan dan kesetiaan. Saya mengambil angle tidur dengan muka boneka menghadap kebawah, saya ingin memberikan nyawa yang dark pada foto ini, karena sendiri menunggu itu membosankan, tapi mengapa ia tetap melakukannya? Entah.
Untuk para pembaca, saya hanya ingin bertanya, manakah foto yang paling berkesan di benak pembaca sekalian? Beri komentar di bawah. Terima kasih banyak.