Di dunia bayangan, segalanya akan terlihat seperti ini Taken with EOS CANON 550D | No editing | B/W |
Aku berbahagia hidup seperti ini, tunggu,
apakah ini kehidupan? Sebuah kehidupan akan ditentukan sampai kita benar-benar
telah menembus kematian, berhenti bernafas, berhenti melihat. Apakah ini
sesungguhnya kehidupan?
Aku pernah
menjadi seorang anak-anak dengan setumpuk mainan dan kasih sayang. Lalu itu tak
lama, usia memakan semuanya. Aku tak menjadi anak-anak lagi. Menjadi seseorang
yang lebih kaku dan tak berimajinasi. Seperti dulu, merindukan masa kekanakan.
Semua
berjalan seperti yang Tuhan inginkan, aku kini seorang remaja. Remaja biasa
dengan segudang impian. Kadang menjadi seorang pebisnis, arsitek, bahkan aku
pernah menginginkan diriku menjadi seorang pengendali dunia. Entah apa. Konyol.
“Kau
harus menjadi seseorang yang bisa hidup dengan uang, dengan apa yang mencukupi
kehidupanmu, bukan bergantung kepada kita lagi, nak.”
Mungkin
sebuah doktrinasi sebagian besar orang tua, hal-hal klasik seperti itu sudah
puas dijejalkan di gendang telingaku. Lalu
akan menjadi apa aku kelak, Tuhan? Bukankah aku tak pernah keluar dari jalur
takdirmu, yang sudah kau tentukan?
Dan kini,
selamat datang di dunia hitam putih dan abu-abu. Aku adalah orang dewasa,
menjadi seseorang yang penuh dengan kontrak kerja dan neraca keuangan. Aku pernah
mendengar beberapa mainan menggunjing, kau yang sekarang membosankan kawan,
mengapa kau menjadi seperti yang sekarang, menjadi lebih monoton dan tak
atraktif. Ya mohon maaf, inilah kehidupan, dimana aku menjadi dewasa—satu fase
yang menurutku paling dan paling membosankan.
“Aku
mencintaimu.”
“Aku
juga mencintaimu.”
“Selamanya...”
Ikrar
suci, dentang lonceng, lantunan doa.
dan
pernikahan...
Hampir
tak percaya diriku sudah ada di fase ini, begitu cepat. Rasanya, baru kemarin
aku adalah seorang bocah kecil dengan ingus dan baju yang penuh noda cokelat. Dan
kini, aku ber-tuxedo dengan bunga
yang tersetrika rapih di sakunya. Sekali lagi, apa ini kehidupan, kawan?
Sandiwara,
aku bersandiwara. Ini panggung sandiwara.
Maafkan
aku Tuhan, Ayah dan Ibu. Aku tak pernah bisa menjadi seorang lelaki yang baik
budinya, maafkan aku bila aku akan terus menjadi bocah enam belas tahun saja. Seragamku
masih lusuh dengan asap knalpot di jalan tadi sore. Maafkan aku bila percakapan
ini hanya searah.
Aku hanya
berhenti di fase ini, tak akan bisa mundur atau maju sejengkal pun. Aku menikmati
kehidupan, sungguh. Tetapi, aku lebih menikmati hidup di dunia bayangan,
seperti ini. Seperti saat ada bisa kota yang menyenggol motorku tadi sore. Mereka
mengantarku ke dunia ini, dunia penuh fragmen-fragmen misteri tak terpecahkan. Aku
dan kematian. Inilah kehidupan, dunia bayangan, kawan.
kalau boleh tau, apa yang dimaksud dengan dunia hitam putih dan abu-abu?
BalasHapuskenapa harus dilontarkan kepada saya, kalau cerita itu sudah cukup menceritakan tentang apa sebenernya dunia itu.
Hapuslooh, ini aku nanya . . . bukan ngaja berantem, kan kamu yang nulis...
Hapussorry to say, gak ada yang ngajak berantem kok disini. Kan udah aku bilang, kenapa harus ditanyakan ke saya kalau dari cerita itu pun udah ngejawab. Gak perlu tanya dua kali, kan?
Hapusmungkin saya yang kurang nangkep, yasudahlah
Hapusya.. Inilah hidup, kawan..
BalasHapusjalani sajalah, kawan...
Hapushidup memang punya tujuan dan segala keunikan yang beragam :D
BalasHapussalam kenal mas
karena kehidupan tidak hanya ada satu di dunia ini, akan banyak sekali variasinya, kalau kita benar-benar tahu esensinya. salam kenal juga :D
HapusSetelah dewasa lalu beranjak tua, lalu sakit-sakitan kemudian mati. Cuma sebentar ya? Beruntung juga yang sempat merasakan dewasa..
BalasHapusdan bila dewasa pun belum sempat, kemudian mati. Itukan sama saja melompati fase? Hahaha
Hapusseperti biasa yaa
BalasHapuswaaa lama tak berkunjung ya bang XD
Hapusnyiurr nyiurr
BalasHapusrasanya kurang lengkap kalau hanya sampai disitu, ada fase yang sebenarnya jadi tujuan hidup ini.. KEMATIAN..
BalasHapussering terlupa tapi dia dekat dan nyata..
itulah, bang. Kenapa kematian dan kita itu sangat dekat.
HapusEntah kenapa aku berpikir kalau ini adalah kegalauanmu, dimana kamunya gak mau beranjak dewasa bang. Well, mungkin ini pengaruh baca tweet-mu beberapa waktu lalu ttg masa depan, dsb itu XD
BalasHapuskau, KEPO!
HapusWaw, dari awal agak2 gak ngudedeng, tapi masuk2 trakhir jadi agak2 ngerti. Alur yg lo buat emang gak bisa di tebak kalo baca awalnya aja.. :)
BalasHapusdaka..tua bukan berarti menjadi dewasa, ya kan?
BalasHapussyukuri ap yg ada...
BalasHapushdup adlh anugrah...
tetap jlni hidup ini...
mlkukn yg trbaik...
()nah loh koq nyanyi????()
#tepok jidat,,,
MAMPIR yah....ke blog qu...
Hapusheheee
sama kayak akang feby
BalasHapusciri khas ceerita lu emang gitu yah? harus dibaca sampai akhir dulu buat ngehnya. hehehe
dewasa memang sulit tapi semuanya harus berjalan :) kalau terus dipikirkan memang jadinya menyebalkan tapi kalau tidak dipikirkan juga menyebalkan hahaha :3 repot ya :3
BalasHapusaku ingin kembali ke masa kecil... dimana semuanya terlihat begitu ceria..
BalasHapussedangkan sekarang, entahlah....